Sebagai penyebab sakit kepala yang sangat mengganggu, migrain diyakini mampu mengurangi risiko kanker payudara.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru dari Fred Hutchinson Cancer Research Center's Public Health Sciences Division di Seattle, perempuan yang menderita migrain secara signifikan mengalami pengurangan risiko mengalami kanker payudara, dibandingkan mereka yang tidak menderita sakit kepala.
Studi penelitian yang merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya yang telah dipublikasikan pada 2008, juga menemukan fakta kalau penderita migrain secara signifikan mengalami penurunan risiko kanker payudara.
Studi terbaru ini melibatkan ribuan partisipan dari berbagai usia, dengan jumlah yang lebih banyak daripada studi sebelumnya.
"Migrain benar-benar terbukti melindungi perempuan dari kanker payudara, dan hal ini tetap berlaku pada perempuan muda dan yang tua," kata penulis penelitian Christopher Li, MD, PhD, seperti dikutip dari webmd.
Dalam studi yang dipublikasikan di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention ini, Li menguraikan bahwa ada pengurangan 26% risiko kanker payudara berkaitan dengan migrain.
Migrain dan risiko kanker payudara
Dalam studi sebelumnya, peneliti telah mengevaluasi 1.938 perempuan pengidap kanker payudara dan 1.474 perempuan sehat. Mereka berusia 55-79. Studi itu menemukan fakta, risiko kanker payudara menurun sebesar 33% pada mereka yang menderita migrain.
Dalam studi terbaru ini, Li dan teman-temannya membandingkan lebih dari 4.500 perempuan pengidap kanker payudara yang telah terdiagnosis antara 1994 dan 1998, dengan lebih dari 4.500 perempuan sehat dengan rentang usia dari 35-64. Studi terbaru ini juga melibatkan partisipan dengan area yang lebih bervariasi dibandingkan studi sebelumnya.
Semua perempuan diminta menjawab sejumlah pertanyaan mengenai sejarah migrain, sejarah reproduksi, penggunaan hormon terapi dan pil KB, status menopause, indeks massa tubuh, penggunaan alkohol, dan status merokok.
Perempuan yang migrain tetap mengalami penuruan risiko terlepas dari status menopause, usia terdiagnosis migrain, penggunaan obat-obat migrain yang diresepkan, atau apakah dia menghindari pemicu migrain termasuk alkohol dan terapi pengganti yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Banyak faktor yang menyebabkan penderita migrain berisiko lebih kecil mengidap kanker payudara. Penderita migrain, terang Li, kecil kemungkinan meminum alkohol atau menggunakan hormon.
"Migrain, pada faktanya bisa juga menjadi penanda independen mengenai penurunan risiko kanker payudara," katanya.
Masih belum jelas bagaimana migrain menurunkan risiko kanker payudara. Akan tetapi, menurut Li, ada kaitannya dengan fluktuasi atau naik turunnya hormon-hormon reproduksi, di mana migrain biasanya muncul saat kadar estrogen menurun.
Perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, misalnya, lebih sering mengalami migrain selama minggu pertama bebas hormon, saat hormon-hormon menurun. Saat perempuan penderita migrain hamil, sebagian besar terbebas dari migrain pada trimester ketiga, saat kadar estrogen meningkat secara bertahap. (inilah.com)
Berdasarkan hasil penelitian terbaru dari Fred Hutchinson Cancer Research Center's Public Health Sciences Division di Seattle, perempuan yang menderita migrain secara signifikan mengalami pengurangan risiko mengalami kanker payudara, dibandingkan mereka yang tidak menderita sakit kepala.
Studi penelitian yang merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya yang telah dipublikasikan pada 2008, juga menemukan fakta kalau penderita migrain secara signifikan mengalami penurunan risiko kanker payudara.
Studi terbaru ini melibatkan ribuan partisipan dari berbagai usia, dengan jumlah yang lebih banyak daripada studi sebelumnya.
"Migrain benar-benar terbukti melindungi perempuan dari kanker payudara, dan hal ini tetap berlaku pada perempuan muda dan yang tua," kata penulis penelitian Christopher Li, MD, PhD, seperti dikutip dari webmd.
Dalam studi yang dipublikasikan di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention ini, Li menguraikan bahwa ada pengurangan 26% risiko kanker payudara berkaitan dengan migrain.
Migrain dan risiko kanker payudara
Dalam studi sebelumnya, peneliti telah mengevaluasi 1.938 perempuan pengidap kanker payudara dan 1.474 perempuan sehat. Mereka berusia 55-79. Studi itu menemukan fakta, risiko kanker payudara menurun sebesar 33% pada mereka yang menderita migrain.
Dalam studi terbaru ini, Li dan teman-temannya membandingkan lebih dari 4.500 perempuan pengidap kanker payudara yang telah terdiagnosis antara 1994 dan 1998, dengan lebih dari 4.500 perempuan sehat dengan rentang usia dari 35-64. Studi terbaru ini juga melibatkan partisipan dengan area yang lebih bervariasi dibandingkan studi sebelumnya.
Semua perempuan diminta menjawab sejumlah pertanyaan mengenai sejarah migrain, sejarah reproduksi, penggunaan hormon terapi dan pil KB, status menopause, indeks massa tubuh, penggunaan alkohol, dan status merokok.
Perempuan yang migrain tetap mengalami penuruan risiko terlepas dari status menopause, usia terdiagnosis migrain, penggunaan obat-obat migrain yang diresepkan, atau apakah dia menghindari pemicu migrain termasuk alkohol dan terapi pengganti yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Banyak faktor yang menyebabkan penderita migrain berisiko lebih kecil mengidap kanker payudara. Penderita migrain, terang Li, kecil kemungkinan meminum alkohol atau menggunakan hormon.
"Migrain, pada faktanya bisa juga menjadi penanda independen mengenai penurunan risiko kanker payudara," katanya.
Masih belum jelas bagaimana migrain menurunkan risiko kanker payudara. Akan tetapi, menurut Li, ada kaitannya dengan fluktuasi atau naik turunnya hormon-hormon reproduksi, di mana migrain biasanya muncul saat kadar estrogen menurun.
Perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, misalnya, lebih sering mengalami migrain selama minggu pertama bebas hormon, saat hormon-hormon menurun. Saat perempuan penderita migrain hamil, sebagian besar terbebas dari migrain pada trimester ketiga, saat kadar estrogen meningkat secara bertahap. (inilah.com)
0 comments:
Post a Comment